Friday, December 18, 2015

Preman Maupun Santri, dan Mereka pun Beregenerasi

Remaja muda di sekitar rumah sedang banyak-banyaknya. Terhitung seimbang antara banyaknya laki-laki dan perempuan. Yang perempuan sudah mulai beger (memasuki masa haid, mulai berdandan dan suka cekikikan dengan temannya saat membicarakan anak laki-laki). Sedangkan yang laki-laki mulai belajar pakai wewangian, mengenakan pakaian serta aksesori penunjang dan omong besar tentang teman bbm nya yang sering nge-ping.

Sebatas itu, hampir semua kita mengalami fase tersebut. Walau dalam bentuk yang tampak ataupun yang diam-diam dalam balutan rasa malu. Jika semua orang mengalami hal tersebut, bukan dinilai kesalahan jika remaja sekitar rumah saya sedang mengalaminya. Secara alami pula,  nilai moral dan agama  yang mereka dapat dari orang tua dan guru mengaji akan membentengi mereka untuk tetap berada pada jalur semestinya.

Terlepas dari perubahan alami dari anak-anak ke remaja muda dalam tingkah laku, ada juga perubahan dalam pergaulan. Mereka mulai menunjukan eksistensi dengan mencari posisi yang menyenangkan untuk mereka berada didalamnya. Dan seringkali tanpa adanya arahan dan perhatian lebih dari orang dewasa, menyebabkan mereka menempati posisi yang secara sosial dan agama bisa dibilang bukan hal yang bagus. Seperti menjadi anak yang suka nongkrong di pinggiran jalan atau menjadi preman.

Hal yang cukup menarik saya cermati adalah saat duduk di teras rumah bersama adik. Adik saya itu bisa dibilang bukan anak yang "baik" saat usia sekolah. Dia hobi tauran yang pernah menyebabkannya masuk rumah sakit karena terkena tebasan samurai di pinggangnya. Hehe bukan hal yang bisa dibanggakan, namun itu menjadi pelajaran berharga untuknya dan menjadikannya pribadi yang lebih baik setelahnya.

Dia melihat remaja sekarang seperti melihat waktu dirinya seusia mereka. Dengan segala kenakalan, pembangkangan, dan cara mencari identitas diri yang unik. Seperti bergabung dengan kumpulan "preman muda" misalnya. Tanpa diminta atau disuruh, akan ada saja anak yang memilih jalan tersebut. Walau tetap ada juga anak yang lurus-lurus saja. Jadi tanpa provokasi dari manapun, akan ada orang yang memilih jalan buruk atau jalan baik.

Memang harapan kita pastinya semua yang kita temui adalah orang-orang yang berada dalam jalan baik. Tapi pada kenyataannya regenerasi itu berlansung. Tidak hanya yang baik, tapi yang buruk pun beregenerasi. Sehingga baik dan buruk akan tetap ada sampai hari akhir nanti.

Setelah menyadari hal tersebut, akhirnya mencarikan para remaja muda tersebut pilihan bahwa jalan yang baik ini juga tidak kalah seru merupakan salah satu yang bisa para dewasa lakukan. Bukan takut pencari jalan baik akan punah, karena seperti yang sudah disebutkan regenerasi itu pasti terjadi di kedua belah pihak. Tapi saat kuantitas sedikit, akan sulit menjaga keseimbangan. Dan tidak dipungkiri harapan semua bahwa jalan yang baik adalah sebaik-baiknya pilihan.