Cerita bermula dari acara kumpul bersama dengan teman-teman sekolah dasar dulu. Setelah 13 tahun tidak berkumpul (reoni terakhir 2002), ini terbilang pertemuan perdana. Dengan jumlah total murid sebanyak 26 orang, ada 14 orang yang hadir. Jumlah yang cukup memuaskan secara tenggang waktu setelah wacana hanya 2 pekan, dengan kondisi belum mencari contact teman-teman.
Dari obrolan ringan mengenang masa lalu, ada satu topik menarik terkait sebuah kesalahpahaman.
Waktu itu (jaman kami SD) ada seorang teman, sebut saja El. Dia mengenalkan kripik bayam kepada kami di sekolah. Berhubung jaman itu kripik bayam belum booming di pasaran sehingga tidak familiar diantara teman-teman sekelas. Kami menyangsikan ada produk kripik bayam tersebut. El pun yang saat itu anak SD mungkin tidak cukup cerdas untuk membawa barang sebungkus untuk dijadikan bukti kebenaran kata-katanya. Singkat cerita akhirnya kami menjulukinya "babay" asal kata dari kripik bayam.
Dari ketidaktahuan kami sekelas, sebuah kebenaran (keberadaan kripik bayam) menjadi sebuah kesalahan. Kebodohan masal, menjadikan sebuah kebenaran tenggelam kedasar cemoohan.
Mungkin hal tersebut juga yang banyak terjadi belakangan ini. Akibat ketidaktahuan, kebenaran yang kadang ditutupi media, kurangnya pemahaman terhadap sesuatu yang memerlukan kajian ilmu, dan gencarnya opini publik yang bertentangan dengan kebenaran, menjadikan kebenaran sebuah hal yang asing dan keterasingan tersebut disimpulkan sebagai sebuah kesalahan. Dan saat opini sudah terbentuk, akan sulit mengembalikan kebenaran pada tempatnya walaupun sepanjang perjalanan waktu, telah tampak kebenaran tersebut.
*sebuah goresan oleh-oleh silaturohim dengan teman-teman SD