Akhirnya tergoda juga untuk menulis tentang kantong plastik setelah melihat tulisan-tulisan pendahulu berkeliaran dimana-mana. Setengah survey dan sedikit pembuktian terhadap ramainya masalah kantong plastik ini. Jadilah saya memutuskan untuk belanja di beberapa tempat untuk merasakan sendiri sensasi bawa tas kain dari rumah atau beli plastik yang seharga 200 rupiah itu.
Tempat pertama yang saya kunjungi adalah toko alat tulis di jalan raya Jakarta-Bogor. Niatnya mau beli papan tulis, tapi karena mahal urung niat berganti beli buku. Sampai kasir, kasir melihat barcode dibarang yang saya beli, sebutkan harga, saya bayar dan selesailah transaksi dengan penutupnya barang saya dimasukan kedalam plastik. Iseng, saya cek struk pembelian dan harga bandrol barang yang saya beli. Sama. Artinya free kantong plastik (biarlah kepusingan itu plastik sudah masuk harga jual dari barang yang saya beli atau tidak, dirasakan oleh bagian yang buat harga saja. Yang penting saya tidak merasa membeli kantong tersebut karena saya membayar sesuai bandrol harga barang yang saya beli).
Tempat kedua adalah mall disamping pasar Cibinong. Lihat-lihat barang, ada yang menarik, singkat cerita saya sudah berada didepan kasa pembayaran. Kasir hanya menanyakan kartu member, kemudian lanjut transaksi dan berpindahlah uang saya kedalam mesin kasir berganti barang yang saya beli yang berada didalam kantong berlogo mall tersebut.
Tempat ketiga yang saya kunjungi, adalah *mart disamping gang rumah. Seperti sebelumnya, pilih barang, antri dikasir dan bertransaksi. Saya lihat ada dijual tas belanja seharga 9000 di atas meja kasir tersebut. Tapi penjaganya tidak menawarkan dan saya membayar sesuai tag harga di rak kemudian barang tersebut dimasukan ke kantong plastik. Klo yang ini, secara saya sudah membawa tas kain dari rumah dan akan terasa sia-sia jika tidak ikut diet kantong plasik, jadilah menolak plasik yang sudah disiapkan dan memakai jinjingan yang sudah sedari awal belum beraksi tersebut.
Begitulah perjalanan belanja saya hari ini. Dari ketiga tempat itu saya mendapat tiga kantong plastik secara gratis. Padahal untuk keren-kerenan, saya sudah sedia tas kain untuk membawa belanjaan dan berharap ditanya sama kasir "bawa tempat sendiri atau mau beli kantong plastik seharga 200 rupiah mba?". Dan saya tanpa menolak kebijakan membeli kantong plastik seharga 200 rupiah itu, akan menyodorkan tas kain saya sambil tersenyum. Ternyata belum berkesempatan melakukan hal tersebut, mungkin besok saya harus membawa tas kain dengan niat bukan untuk keren-kerenan, biar ditanya mba kasir :D
Jadi teringat jaman emak saya muda yang kepasar selalu membawa keranjang. Waktu itu sepertinya kantong plastik sudah ada, tapi generasi tersebut masih setia membawa keranjang belanjanya. Mungkin hal seperti itu bisa kita budayakan kembali. Biar lebih keren, sekarang jamannya tas kain/ DIY(saya lupa kepanjangannya apa, yang pasti bukan Daerah Istimewa Yogyakarta). Tapi konsepnya sama, menggunakan alat bantu yang lebih awet, bisa dipakai berulang-ulang dan enak dipandang. Selamat mencoba.. :D