Kisah bermula dari rangkaian acara book fair lalu di pelataran Masjid Raya Bogor. Dari susunan acara, terdapat pentas konser amal nasyid bersama group setempat dan bintang tamu.
Ada kejadian menarik, saat para munsyid beraksi diatas panggung (waktu sore, antara ba'da ashar sampai menjelang magrib), tiba-tiba seorang ibu dengan berteriak-teriak meminta acara di hentikan. Beliau bilang ini masjid (walau dipelataran samping), kenapa ada nyanyi-nyanyi, musik, berisik, mengganggu yang ibadah, tidak ada beda dengan agama lain dst. Sampai panitia menenangkan ibu tersebut dan akhirnya acara tidak dilanjutkan.
Cukup sampai disana pada hari itu. Namun kejadian menarik belum berakhir. Pada hari berikutnya di penghujung penutupan rangkaian acara book fair ada bintang tamu Mustofa "debu". Mustofa membawakan kidung-kidung religi dengan alat musik khasnya dan alunan biola yang mendayu. Sebelumnya sempat ada kekhawatiran karena ibu yang hari sebelumnya menghentikan acara dengan alasan yang sudah disebutkan diatas juga hadir disana. Akan memalukan jika sang artis diminta turun oleh ibu tersebut.
Namun ternyata kekhawatiran tersebut tidak terjadi. Karena selama debu beraksi, beliau dengan riangnya bertepuk tangan, ikut berdendang dan tergores tawa dari bibirnya yang secara kasat mata dapat disimpulkan bahwa beliau menikmati pertunjukan tersebut.
Akhirnya standar ganda itu terlihat. Bentuk penerimaan hal yang disuka bisa mempengaruhi keputusan yang diambil. Mungkin beliau lupa alasan saat menghentikan pentas nasyid apa. Dan saat menyaksikan debu yang beliau suka, apakah alasan tersebut jadi tidak berlaku?
Nyatanya kejadian diatas dengan versi yang berbeda banyak kita temukan disekitar. Seringkali kita bisa melakukan aturan dengan mudah karena dasarnya kita setuju dengan aturan tersebut. Namun akan menyempitkan batasan-batasan saat ada hal yang disuka tapi bertentangan dengan aturan. Hingga akhirnya kepatuhan terhadap aturan itu bukan karena ketaatan tapi karena kesukaan dan aturan yang tidak disuka akan dicari celah untuk dilanggar.
* Oleh-oleh IBF ke 10 di masjid raya Bogor
Nyatanya kejadian diatas dengan versi yang berbeda banyak kita temukan disekitar. Seringkali kita bisa melakukan aturan dengan mudah karena dasarnya kita setuju dengan aturan tersebut. Namun akan menyempitkan batasan-batasan saat ada hal yang disuka tapi bertentangan dengan aturan. Hingga akhirnya kepatuhan terhadap aturan itu bukan karena ketaatan tapi karena kesukaan dan aturan yang tidak disuka akan dicari celah untuk dilanggar.
* Oleh-oleh IBF ke 10 di masjid raya Bogor