Ditengah kesibukan yang sedang dijalani, eeh malah mau nulis. Dan tidak tau mengapa malah tema hutang yang muncul. yasudah, kita tuangkan saja biar tidak memenuhi ruang penyimpanan di otak...(>,<)
Berbicara tentang hutang, kata tersebut entah kenapa begitu melekat. Padahal jika diingat, tidak banyak situasi yang membuat saya bersinggungan dengan kata itu. Namun jika menarik ingatan jauuuhh kebelakang, kata tersebut pernah mengisi masa kecil saya dalam waktu yang cukup lama. Baiklah kita mulai yuk ceritanya.
Bukan berasal dari keluarga yang berkelebihan, tidak membuat saya terbebani dengan masalah finansial. Pikiran bocah kala itu adalah "ooh memang seperti ini kehidupan tuh" Tanpa ada rasa minder meskipun setelah di ingat sekarang kami tinggal di rumah yang nyaris rubuh. Itu bukan metafora untuk menjual kesedihan ^_^ itu kondisi nyata. Rumah setengah badan (sebutan rumah yang bagian pinggang keatas terbuat dari bilik/anyaman bambu) yang anyamannya sudah usang, beberapa kesempatan balok penyangga genteng jatuh, dan hau sebagai tempat masak. Aaahh seru ternyata mengorek ingatan masalalu. Jika di definisikan sekarang, keluarga kami adalah keluarga miskin. Namun kembali, entah saya yang tidak banyak berfikir, entah lingkungan yang tidak melakukan diskriminasi atau alasan lain yang sedang tidak melintas dikepala ini sehingga tidak bisa disebutkan, tapi saya merasa baik-baik saja. Ayah yang bekerja sebagai buruh pabrik kala itu dan ibu sebagai ibu rumah tangga, mereka tidak pernah berbagi kesulitan. Rengekan minta jajan yang tidak dipenuhi tidak dirasa sebagai bentuk ketidakmampuan keluarga, toh tetangga sepantaran yang orangtuanya bekerja lebih bagus tetap terdengar rengekannya.
Menginjak jenjang SMP, rumah yang kami tinggali tidak bisa bertahan. Menghindari bahaya, maka diputuskan untuk dirubuhkan. Apa menjadi cerita sedih setelahnya? sepertinya tidak juga. karena kami tinggal di lingkungan keluarga besar. Jadi setelah rumah itu rubuh, kami menumpang di rumah salah satu keluarga. Kami menumpang tinggal disana mungkin sekitar 6 tahun. karena yang saya ingat sampai lulus SMA masih berada dirumah itu. baik sekali bukan?^__^
Bentuk kesyukuran saya yang tidak terhingga adalah memiliki orang tua yang tidak mengkontaminasi pikiran anaknya ini dengan sudutpandang buruk. Sepanjang bertumbuh dewasa, saya merasakan kebenarannya. Tapi itu didapati dari perkembangan diri dan kemampuan membaca situasi sekitar. Sampai sini sepertinya sudah mulai bisa diterka ya arahnya kemana?
betul sekali..
Ternyata keluarga kami bersinggungan dengan hutang. ALhamdulillah bukan sebagai keluarga yang berhutang, tapi ditengah keterbatasan, keluarga kami berperan yang meminjamkan. Berasaskan saudara sedang butuh tanpa melihat kebutuhan sendiri, singkat cerita sampailah jadi harus menumpang dirumah saudara selama itu :D
Berkaca pada kejadian dimasalalu, saya akhirnya berkeputusan untuk tidak membuat hutang sebagai pengikat hubungan dengan orang lain. Lalu apakah saya tidak pernah berhutang? tentu saja....pernah >,<
Tidak bisa dihindari ada fase paceklik ditengah rutinitas gajian, atau ada kebutuhan mendesak yang membuat hal tersebut tidak bisa dielakan. Namun sebelumnya tentu saja sudah dengan perhitungan. Perhitungan bahwa saya mampu untuk melunasi, perhitungan darimana sumber keuangan saya untuk membayar, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencicil dan banyak aspek lainnya yang dipikirkan sebelum berkeputusan. Dan hal tersebut terbawa sampai sekarang.
Ustaz Muhammad Abdul Wahab Lc dalam buku Berilmu Sebelum Berhutang yang diterbitkan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan hadits-hadits yang menganjurkan agar manusia menghindari hutang. Manusia harus sebisa mungkin menahan diri untuk berutang sampai benar-benar perlu.
"Dari Aisyah r.a: Rasulullah berdoa dalam sholat, Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit utang. Lalu ada seseorang yang bertanya: Mengapa anda banyak meminta perlindungan dari utang, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya seseorang apabila sedang berutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya. (HR Bukhari Muslim).
Jadi begitulaahhh sepenggal celotehan malam ini, menumpahkan isi tempurung kepala untuk diisi dengan hal lain.
Semoga Allah selalu menjaga kita semua yaa.... <3 <3