Thursday, July 20, 2017

Berantem yang ga baper

Dirumah, hampir semua anak laki- laki tetangga bisa jadi memusuhi saya. Karena teh Enung galak tentunya (huu bangga). Jadi interaksi kami selalu saat saya ngomel (maafkaaannn). Karena itu pula saya belum terbiasa membaca karakter para jagoan ini. Dan nyatanya seperti para anak perempuan dengan segala keunikannya, begitupun para anak laki-laki.

Hari ini saya menyaksikan itu langsung dari polahnya anak-anak. Ada anak yang saya bilang baperan. Karena apa? Karena ketika saya tanya alasannya kenapa berkelahi, "abisnya dia bikin saya kesal.." katanya. Nah kan... :p padahal sebelum hari ini saya menilainya sebagai anak yang cukup tenang (oke saya kurang belajar).

Tapi bukan disana yang saya soroti. Karena saya melihat hal lain yang cukup menarik juga. Ketika puncaknya kesal, saya melihat pancaran kemarahan dalam sela isaknya (ini juga nih yang bikin gimanaaa gitu, diusia mendekati baligh nya saya jadi agak sungkan buat menenangkan dengan cara yg biasa, akhirnya perlu waktu yg sedikit lebih panjang untuk membuatnya tenang). Sudah lama tidak melihat anak seusia itu menangis karena kesal. Bertengkar adu mulut sudah cukup dan biasanya sampai menangis jika sudah berantem fisik dalam tingkatan tertentu (level tertentu yang memang sudah terasa sakit). Dengan bantuan teman-temannya yang lain akhirnya kondisi terkendali.

Seru juga saat bagian ini. Dengan sekian banyaknya anak, ada saja bagian provoksi, tim hore, antipati dan penengah.  Agak sedikit lucu saat ada anak yang mencoba menengahi. Dia bilang, "sudah, masalah kecil jangan di ributkan. Sabar.. sabar.. tenang.." dengan sikap seriusnya. Maafkan saya yang sejenak ingin tertawa. Bijak sekali kamu nak.
Okay, singkat cerita suasana sudah terkendali. Mereka sudah balik ke posisi masing-masing. Daaan yang membuat saya wow, setelah masuk materi baru yang mengharuskan posisi mereka bergerombol disekitar saya, secara tidak sadar akhirnya mereka bersebelahan. Dan apa yang terjadi? Mereka sudah seperti biasa, saling menimpali materi yang saya berikan seolah tidak ada hal yang terjadi sekian waktu lalu (padahal saya masih menyusun kata-kata untuk membuat laporan karena sampai mengganggu kelas lain).

Hei nak, kalian memang luar biasa. Itulah perselisihan yang tidak dibawa sampai hati walau menusuk hati. Penyebab awalnya adalah hati yang tersakiti, namun kalian menyikapinya dengan sejenak meluapkan apa yang dirasa berikutnya hilang bersamaan kurasan keringat. Tidak berpanjang-panjang dalam perasaan. Dan ternyata itu bisa kalian lakukan. Sedangkan kami disini, yang sudah menjalani kehidupan yang lebih banyak dibanding kalian sering lupa untuk itu. Lupa menguras hati dari segala rasa tidak nyaman, lebih memilih membawanya sehingga memperpanjang ketidaknyamanan.
Terima kasih untuk pembelajaran yang sudah di tampakkan. Kalian luar biasa 😀👍