Bukan hal besar sebetulnya. Hanya melihat mereka seperti kumpulan remaja yang beberapa waktu lalu saya sering berinteraksi dengan mereka dalam sebuah wadah. Jadi, saat melihat usia-usia itu reflek melakukan pendekatan yang biasa.
usia remaja sekarang memiliki tantangan sendiri yang berbeda dengan usia remaja saat jaman kita (NO.. saya belum setua itu juga, hanya waktu itu kebetulan terdampar di lingkungan mba-mba aja, jadi.. yaa gini deh :p). Dengan segala kemudahan informasi yang dapat mereka temui, segala fasilitas yang mereka dapatkan dari orang tua atau sekitar (sarana umum), dan minimnya masukan pemikiran positif yang mereka dapatkan (bukan karena kurang media, tapi bisa jadi media yang tersedia kurang menarik untuk mereka. Hehehe tantangan buat aktifis media :D ) menjadikan usia remaja menjadi rentan dengan kondisi yang bisa membentuk mereka dengan "cetakan" yang salah.
Jangan salah, remaja sekarang bukannya manusia lugu yang selalu manut akan setiap intruksi yang diberikan seperti generasi dekade sebelumnya. Mereka adalah manusia pemikir yang kritis, para pencari pemuas keingin tahuan, dan tidak di pungkiri juga korban kecepatan informasi. Jadi tidak tepat pula jika kita yang sudah terbilang dewasa mengeluhkan ketidak taatan mereka, sedangkan kita masih menggunakan pola lama yang mengedepankan otoritas tanpa melakukan pendekatan yang sesuai dengan mereka.
Belum lama ini saya menyaksikan langsung ke"otoriteran" manusia dewasa kepada para remaja tersebut dalam pembentukan lingkungan. Saya tau betul tujuan orang dewasa itu baik dengan menginginkan remaja yang menjadi "tanggung jawabnya" berada dalam seluruh pantauannya sehingga lebih mudah di arahkan saat melenceng dan lebih mudah di tegur saat melantur. Tapi mungkin beliau lupa bahwa pola pengekangan itu mulai tidak efektif saat para remaja yang sedang mencari dunia yang cocok dengan keinginannya itu bertemu dengan benturan-benturan pengekang.
Marilah mulai berpikiran terbuka. Saya masih ingat sebuah kalimat saat masih bekerja di perusahaan (hehe isi K3 kayaknya)"bersikaplah seperti konsumen dalam menghasilkan produk". Tidak tepat jika menganalogikan mereka sebagai produk. Tapi ada kemiripan penanganan yang bisa kita lakukan. Saat kita ingin membuat sesuatu, coba bayangkan kita adalah pemakai produk tersebut. Dengan begitu kita akan membuat produk yang terbaik. Dan untuk menghasilkan produk yang baik, kita harus menjaga setiap bagiannya sebelum menjadi produk utuh dan siap digunakan.
Begitu pula dengan menangani mereka kan? kita harus menjaga lingkungannya, kesenangannya, dan perasaannya. Seberapapun jaman terus berubah, remaja tetap saja remaja yang pengalamannya sedikit dibandingkan dengan para orang dewasa. Orang dewasa yang sudah pernah melewati masa remaja, harusnya lebih tau apa yang di butuhkan dan diinginkan saat seusia mereka.
Berdasarkan pengalaman selama berinteraksi dengan para remaja, ternyata mereka hanya perlu di dengar dan sedikit lebih di perhatikan. Kita sering meminta mereka seperti ini itu agar menjadi ini itu, tapi jarang sekali mendengar mereka mau nya seperti apa. Tidak melulu kemauan mereka itu melenceng dari ketentuan, karena pada fitrahnya manusia menyukai kebaikan cuma karena minimnya pengalaman hidup mereka dibanding kita wajar jika ada yang tidak sejalan dan disanalah peran kita untuk meluruskan, mengingatkan, dan memberi gambaran bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan apa yang dituju.
Begitupun perhatian. Bentuk pengekangan yang dilakukan kita, orang dewasa, kita definisikan itu sebagai perhatian. Padahal bukan perhatian macam itu yang mereka inginkan. Memberi kebebasan mereka untuk memilih adalah perhatian yang mereka harapkan. Bahkan seringnya kita lupa mengutarakan hal-hal kecil seperti sapaan ringan atau menanyakan seputar perasaannya hari ini. Kita menganggapnya itu hal yang sudah tidak di perlukan, mereka sudah terlalu besar untuk mendapat pertanyaan sepele itu. Psttt, padahal jika kita memberikan perhatian-perhatian kecil tersebut, dijamin itu lebih ampuh mendapatkan"hati" mereka dibanding segala bentuk pelarangan..
Kita memang mengharapkan dapat mencetak generasi unggul, tapi biarkan generasi unggul itu terbentuk dengan pendekatan yang mendekatkan, bukan pendekatkan yang memuakkan, karena mereka punya bentuk masing-masing. Bukankah generasi unggul itu yang bisa bertahan dalam segala kondisi, dan bagaimana bisa bertahan di segala kondisi jika di cetak dengan pola yang semua "harus" sama, sedangkan seperti halnya kita, setiap mereka punya kondisi yang berbeda...