Masalah itu seperti cucian yang belum di gosok ternyata. Saat dibiarkan mengunung malah bikin males dikerjakan karena terlihat buanyaakk dan malesiiinnnn.. Sampai akhirnya sampai pada suatu titik, isi lemari habis sehingga mau tidak mau itu gunungan pakaian kudu bin harus di pegang juga.
.
Setelahnya dengan sedikit tekad lebih, satu demi satu akan mengalir terselesaikan. Lelah, letih, lesu, lunglai, loyo seperti jargon obat zat besi akan mencari celah untuk melanjutkan gogoleran (tidur-tiduran santai), sambil nonton drama korea atau baca komik keluaran terbaru. Tapi balik lagi, sedikit tekad lebih itu kadang cukup untuk menghalau penyakit 5L dalam beraktivitas.
.
Sedikit grundel kenapa ini gunung lama sekali ratanya, tidak seperti illegal logging yg bisa begitu cepatnya meratakan hutan kita pasti sering terselip. Tapi jika tangan masih tetap mengambil satu persatu baju dari gundukkannya, taraaa... Waktu membuktikan.. Semua terselesaikan saudara-saudara. Dan tahukah kamu, ternyata ketika semua sudah selesai, yang awalnya berupa sebuah gunung, ternyata hanya menjadi beberapa tumpukan.
.
Begitu pula dengan masalah kita, bisa jadi ketika ditumpuk, tidak diperhatikan dan diselesaikan akan menggunung dan membuat kita "males banget ngeliatnya". Tapi juga akan ada satu waktu tidak bisa membiarkan itu terus menggunung, entah karena muncul kesadaran untuk menyelesaikan masalah tersebut ataupun terpaksa harus diselesaikan karena sekian tuntutan dan kebutuhan.
.
Apapun motivasinya, tetap usaha untuk menyelesaikan masalah itu sudah masuk katagori K.E.R.EN.. Setelah itu, cukup sedikit membulatkan tekad dan waktu...taraaa... Semua terselesaikan. Dan ketika kalian mengintip kebelakang, ternyata masalah itu tidak sebanyak yang terlihat jika di atur dengan rapi...
.
Selamat mencoba <3 <3
*Chismile
sebagai wadah untuk menulis dan sesekali jualan.. ;) ambil yang baik, buang yang buruk. semoga bermanfaat. welcome.. ^___^
Thursday, November 9, 2017
Hubungan antara Masalah dan Gosokan
Wednesday, September 27, 2017
keseruan program RUMAH CERDAS di kelas nihon go, KIMONO Style
Beberapa waktu lalu kelas nihon go sudah melakukan perjalanan dalam acara gathering ke Curug Ciherang. Melakukan kegiatan luar itu tidak bisa sering-sering dilakukan, karena terkendala banyak hal (kapan belajarnya juga yaa kalo kebanyakan jalan-jalan.. :P). Alhamdulillah ada seseorang yang baik hati mau mewakafkan kimono yang beliau peroleh dari negara sakura tersebut untuk digunakan di kelas nihon go kami. wooh langsung dah yaa khilaf.. :D
Awalnya sih karena baru dibawakan satu kimono, kami dengan rasa malu-malu untuk mencobanya. Dengan bantuan tutorial dari Mbah (google) melalui youtube, mulailah berkreasi menggunakan kimono dan menggulung badan dengan balutan obi. Tidak semudah yang dipikirkan ternyata, melihat beberapakali usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan bentuk obi yang enak di pandang setelah dikenakan. Akhirnya, iyeeii berhasil... Tidak lupa juga jadi model dadakan doong. . ^_^/
Makin seru adalah ketika dijanjikan untuk kimono tambahan, dengan syarat diambil sendiri. Untung saya tidak bisa salto, jadi tidak ada acara salto-saltoan. Fuuh, kucing mana yang tidak mau jika ditawari ikan, beberapa waktu kemudian jadilah beberapa dari kami datang menjemput barang yang dijanjikan. dengan mata berbinar, tidak sabar menunggu pertemuan berikutnya untuk mencoba kimono-kimono tersebut.
Saturday, September 2, 2017
Sedikit Banyak Kita Juga CAPER
Kembali dengan kesadaran yang terlambat. Sebagai manusia yang sudah lebih dewasa(dibanding anak-anak di sekolah dasar tentunya), seharusnya pengendalian diri kita pun lebih baik dibandingkan mereka. Namun seringkali karena suasana, kita pun terbawa arus perasaan dan kebiasaan lama lah yang keluar. Dengan baper (terbawa perasaan), marah-marah, ngambek sampai menangis (satu ini belum masuk daftar saya, karena sisi yang bisa menggelitik saya untuk menangis itu sepertinya tidak akan tersentuh rombongan ini) itu hanya menunjukkan ketidakmampuan kita untuk menarik perhatian. Akhirnya kita memilih cara-cara diatas untuk mencari perhatian (CAPER). Tidak bedanya dengan mereka, anak-anak didik yang dengan segala polahnya mencari perhatian kita. Seperti dengan rajin mengerjakan tugasnya, tingkahnya, sikap ngeyelnya bahkan bantahannya.
Dan akhirnya senyuman ini mengembang. Ahaa.. kita adalah orang-orang yang sedang mencari perhatian satu sama lain. Hei kalian ayo kita bekerja sama untuk bisa saling memperhatikan dengan cara yang lebih baik.
Thursday, July 20, 2017
Berantem yang ga baper
Dirumah, hampir semua anak laki- laki tetangga bisa jadi memusuhi saya. Karena teh Enung galak tentunya (huu bangga). Jadi interaksi kami selalu saat saya ngomel (maafkaaannn). Karena itu pula saya belum terbiasa membaca karakter para jagoan ini. Dan nyatanya seperti para anak perempuan dengan segala keunikannya, begitupun para anak laki-laki.
Hari ini saya menyaksikan itu langsung dari polahnya anak-anak. Ada anak yang saya bilang baperan. Karena apa? Karena ketika saya tanya alasannya kenapa berkelahi, "abisnya dia bikin saya kesal.." katanya. Nah kan... :p padahal sebelum hari ini saya menilainya sebagai anak yang cukup tenang (oke saya kurang belajar).
Tapi bukan disana yang saya soroti. Karena saya melihat hal lain yang cukup menarik juga. Ketika puncaknya kesal, saya melihat pancaran kemarahan dalam sela isaknya (ini juga nih yang bikin gimanaaa gitu, diusia mendekati baligh nya saya jadi agak sungkan buat menenangkan dengan cara yg biasa, akhirnya perlu waktu yg sedikit lebih panjang untuk membuatnya tenang). Sudah lama tidak melihat anak seusia itu menangis karena kesal. Bertengkar adu mulut sudah cukup dan biasanya sampai menangis jika sudah berantem fisik dalam tingkatan tertentu (level tertentu yang memang sudah terasa sakit). Dengan bantuan teman-temannya yang lain akhirnya kondisi terkendali.
Seru juga saat bagian ini. Dengan sekian banyaknya anak, ada saja bagian provoksi, tim hore, antipati dan penengah. Agak sedikit lucu saat ada anak yang mencoba menengahi. Dia bilang, "sudah, masalah kecil jangan di ributkan. Sabar.. sabar.. tenang.." dengan sikap seriusnya. Maafkan saya yang sejenak ingin tertawa. Bijak sekali kamu nak.
Okay, singkat cerita suasana sudah terkendali. Mereka sudah balik ke posisi masing-masing. Daaan yang membuat saya wow, setelah masuk materi baru yang mengharuskan posisi mereka bergerombol disekitar saya, secara tidak sadar akhirnya mereka bersebelahan. Dan apa yang terjadi? Mereka sudah seperti biasa, saling menimpali materi yang saya berikan seolah tidak ada hal yang terjadi sekian waktu lalu (padahal saya masih menyusun kata-kata untuk membuat laporan karena sampai mengganggu kelas lain).
Hei nak, kalian memang luar biasa. Itulah perselisihan yang tidak dibawa sampai hati walau menusuk hati. Penyebab awalnya adalah hati yang tersakiti, namun kalian menyikapinya dengan sejenak meluapkan apa yang dirasa berikutnya hilang bersamaan kurasan keringat. Tidak berpanjang-panjang dalam perasaan. Dan ternyata itu bisa kalian lakukan. Sedangkan kami disini, yang sudah menjalani kehidupan yang lebih banyak dibanding kalian sering lupa untuk itu. Lupa menguras hati dari segala rasa tidak nyaman, lebih memilih membawanya sehingga memperpanjang ketidaknyamanan.
Terima kasih untuk pembelajaran yang sudah di tampakkan. Kalian luar biasa 😀👍
Friday, July 7, 2017
Tada, arigatou
Tada, Arigatou”
Monkey majik
Tada arigatou tsutaetakute tada kimi no egao o mitakute
Mou furimukanai yo hitomi no saki e
Ima shiawase o tsutaetakute taisetsu na hito ga dareka tte ne
Arigatou kimi to deaete
Kono subete no oboetakoto sore wa itsumo it's hard for me
Demo nando mo tsumazuite
Sore demo ima koko ni iru no wa egaite ita kara
Itsuka kitto shinjiteita no sa
Everything we know tsunagaru yo ima
Tada arigatou o tsutaetakute tada kimi no egao o mitakute
Mou furimukanai yo hitomi no saki e
Mada umaku tsutaerarenakute taisetsu na hito ga dareka tte ne
Arigatou kimi to deaete
Mayonaka sora miage not knowing
Furueru obieru yureru not showing
Sono ue dou shiyou mo nai
Fuan de nemurenai
Kasukana koe de sakebunda
"sayounara namida no hibi yo"
Your heart and soul is in it, feel it!
Kinou to chigau asu ni suru yo
Make a brighter day
Moshi zutto soba ni ite kuretara
Everything we know hajimaru yo ima
Sono kimi no afureru egao ga kanashimu o yasashisa ni kaete
Mou furimukanai yo hitomi no saki e
Kono shiawase o tsutaetakute taisetsu na hito ga kimi datte ne
Arigatou kimi to deaete
Te to te o tsunaide yeah
Itsuka hanashita yume no tsuzuki o kanaeyou
I'll be ready
Tada arigatou tsutaetakute tada kimi no egao o mitakute
Mou furimukanai yo hitomi no saki e
Ima shiawase o tsutaetakute taisetsu na hito ga dareka tte ne
Arigatou kimi to deaete
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪
Terjemahan:
“Hanya Terima Kasih”
Aku sekedar ingin menyampaikan terima kasih,
sekedar ingin melihat senyummu
Takkan berpaling lagi, pandangan mataku
Ingin kusampaikan bahagia ini sekarang,
dan tentang siapa orang yang penting bagiku
Terima kasih, telah bertemu dengan kamu
Pada semua kenangan ini, selalu saja berat bagiku
Tapi walaupun berkali-kali tersandung
Keberadaan kita sekarang di sini adalah karena telah digambarkan sebelumnya
Waktu kupercaya bahwa pasti suatu saat nanti
Semua yang kita ketahui akan berhubungan, sekarang
Aku sekedar ingin menyampaikan terima kasih,
sekedar ingin melihat senyummu
Takkan berpaling lagi, pandangan mataku
Belum bisa kusampaikan dengan lancar,
tentang siapa orang yang penting bagiku
Terima kasih, telah bertemu dengan kamu
Menengadah memandang langit tengah malam, tanpa mengerti
Gemetar, ketakutan, bergetar, tidak diperlihatkan
Lebih dari itu kutak bisa berbuat apa-apa
Tidak bisa tidur karena kekhawatiran
Menjerit dengan suara yang lemah
Selamat tinggal hari-hari dengan air mata
Hati dan jiwamu di dalamnya, rasakanlah
Ku kan membuat hari esok yang berbeda dengan kemarin
Membuat hari yang lebih cerah
Jika seandainya kamu akan terus berada di sampingku
Semua yang kita ketahui akan dimulai, sekarang
Wajahmu yang dipenuhi senyum itu mengubah kesedihan jadi kebaikan
Takkan berpaling lagi, pandangan mataku
Ingin kusampaikan bahagia ini, dan bahwa kamulah orang yang penting bagiku
Terima kasih, telah bertemu denganmu
Tautkanlah tangan, yeah
Mari kita wujudkan kelanjutan mimpi yang pernah kita bicarakan entah kapan
Aku akan sedia
Aku sekedar ingin menyampaikan terima kasih,
sekedar ingin melihat senyummu
Takkan berpaling lagi, pandangan mataku
Ingin kusampaikan bahagia ini sekarang,
dan tentang siapa orang yang penting bagiku
Terima kasih, telah bertemu dengan kamu
Kisah dari Bantal Kapuk Apek menjadi New Bantal Kapuk
Terlahir di era 90an awal memang merupakan berkah tersendiri. Dimana masa-masa transisi perubahan jaman terlihat nampak jelas. Saat berkirim surat dengan sahabat pena pernah booming sebelum berganti media elektronik handphone dengan segala kecanggihannya dalam mempermudah berkirim pesan bahkan dengan pemberitahuan sudah atau belum nya pesan tersebut di terima. Belum lagi segala macam permainan yang melibatkan benda disekitar yang seiring waktu terganti dengan segala olahan plastik atau cukup puas dengan permainan dibalik tampilan layar.
Bukan hanya itu, segala "kesulitan" pada era tersebut untuk mendapatkan barang atau sesuatu yang diinginkan secara tidak langsung membuat diri lebih apik ketika berhasil memperolehnya dan memilih membetulkan saat sudah mulai rusak. Seperti cerita bantal saya ini. Bantal itu hanya bantal kapuk. Ya BANTAL KAPUK (bantal saat ini biasanya diisi dengan busa, bulu unggas atau dakron). Bantal itu pun bukan bantal bersejarah seperti anak-anak yang tidak bisa lepas dari bantal/selimut/guling dia dari semasa kecil yang sudah tidak jelas bentuk, aroma dan penampakannya. Bantal itu bantal biasa yang sarungnya sudah banyak membentuk pulau dengan artistik, sudah mulai keras karena jarang dijemur dan yang utama sudah mulai menganggu karena beraroma (oke, itu semua ulah saya selama berinteraksi langsung dengannya).
Sebagai orang yang kekinian (iyakaahhh..), pikiran awal yang terlintas adalah saatnya ganti bantal, tentu dengan membeli bantal baru. Apalagi melihat bantal kapuk itu sudah tidak setipe sebetulnya dengan kasur dan guling yang selama ini menjadi rekanan dalam memanjakan malam hari saya. Baiklah, fix kita buang ini bantal (biasanya karena tenaga pembersih tidak mau membawa sampah seperti selain sampah dapur, jadilah pilihannya dibakar).
Menunggu matahari meninggi agar bantal itu langsung habis terbakar, sudahlah yaa beres-beres rumah dulu. Bongkar ini itu, lap ini itu, keluar masukkan barang ini itu. Dan seperti diketahui, setiap bongkar-bongkar selalu saja menemukan barang yang tidak terduga. Ya ya ya, saya menemukan bahan yang sepertinya sama dengan bahan yang membungkus kapuk tersebut. AHA.. sisa jiwa era 90an kembali muncul ke permukaan. Dengan mesin jahit portabel yang teronggok di pojokan rak karena kebosanan pemilik nya (oke itu saya lagi), dengan membentuk jahitan lurus dan menyiku di setiap sudutnya (sambil menyisakan sedikit bagian untuk memasukan isi) mari kita mulai berkarya.
Masker mana masker? Ready, di lanjut menggunting sarung yang sudah penuh dengan karya seni, menggemburkan, lalu memindahkan isinya ke sarung yang baru dijahit (dalam kondisi harum semriwing pewangi pakaian dan belum terkontaminasi dengan liur kering combo keringat yang bereaksi dengan angin), done. Sudah pindah semua isinya, lalu jahit kembali bagian untuk memasukan kapuk untuk menutup maka sempurnalah rangkaian kanibalisasi benda bernama bantal tersebut menjadi new bantal.
Bantal baru dengan citarasa lembutnya kapuk didalamnya itu bisa hadir karena rasa memperbaiki hal yang masih bisa diperbaiki tersebut.
Seringnya kita saat ini dengan segala kemudahan yang ditawarkan sekitar, saat melihat sesuatu yang "sedikit" rusak, lintasan pikiran akan terpusat untuk segera mengganti dengan yang baru, dengan yang lebih bagus dengan mengukur kualitas dari harga yang tidak segan untuk dikeluarkan. Kita lupa untuk melihat kembali apakah segala hal baru itu memang kita butuhkan, apakah segala yang lama dan sudah ada kerusakan karena sudah menemani kita dalam mudahkan urusan kita selama ini sudah betul-betul tidak bisa diusahakan untuk di pertahankan. Semua itu bukan sekedar konsep berhemat yang di terapkan, tapi ada hal lain yang lebih bermakna. Yaitu menghargai setiap apa-apa yang sudah membersamai kita.
Monday, June 12, 2017
Memungut pelajaran dari mana saja
Diawali dari sebuah pesan yang mengajak membantu (hehehe jadi pemain inval) dalam sebuah lingkungan. Sebagai orang baru dengan potongan lama, jadi tidak diberi kesempatan untuk bergaya ala-ala anak baru.hiks
Disana tentu berhubungan dengan orang yang "pernah" kenal dan banyak juga berjumpa dengan yang belum dikenal. Dan perjumpaan dengan salah satu dari mereka yang belum kenal inilah saya memungut pelajaran :) Di awali dengan perbincangan seputar bulan ramadhan. Beliau berkata,"ramadhan ini saya belum melakukan buka bersama diluaran selain dirumah dan sekitar saja. Padahal suami sudah mengajak dan anak-anak pun sudah meminta.."
Teman pun bertanya kenapa, karena kebanyakan kita sibuk memilih tempat untuk bukber, menghubungi orang-orang dari berbagai komunitas yg kita ikuti untuk buka bersama. Kita akan bilang itu adalah moment silaturohim, tidak sering ini untuk berkumpul dan makan malam bersama. Dan jawaban beliau yang membuat saya merenungkan kembali kata-katanya. Saya merasa sarat akan makna. Beliau bilang, "iya kita tidak kesulitan untuk berpindah makan dari meja makan di rumah ke meja makan warung atau restoran di luar sana. Tapi nanti tarawihnya gimana?" Suaminya menjawab, "kamukan bisa sholat dirumah".
Beliau menjawab,"iya saya bisa, Tapi apakah kamu bisa menjamin bahwa anak-anak saya tidak akan tertinggal solat isya& tarawih di masjid? Tau sendiri, mereka lebih sulit jika di minta solat tarawih di rumah, akan banyak alasannya.."
Indah sekali dialog itu. Dimana orang tua yang begitu berusaha menjaga amalan anaknya. Beliau tidak mau sang anak kehilangan kesempatannya dalam beribadah.
Semoga kita berkesempatan menjadi orang tua yang bisa mendidik penerus generasi ini dengan disiplin diri agar bisa menumbuhkan pemahaman bahwa hidup kita di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah, bukan sekedar bersenang-senang. Tidak ada yang salah dengan buka bersama. Tapi jangan sampai perkara ibadah kita menjadi terlalaikan karenanya..
*coretan edisi ramadhan
Monday, May 29, 2017
Cetakan itu Membentuk...
Bukan hal besar sebetulnya. Hanya melihat mereka seperti kumpulan remaja yang beberapa waktu lalu saya sering berinteraksi dengan mereka dalam sebuah wadah. Jadi, saat melihat usia-usia itu reflek melakukan pendekatan yang biasa.
usia remaja sekarang memiliki tantangan sendiri yang berbeda dengan usia remaja saat jaman kita (NO.. saya belum setua itu juga, hanya waktu itu kebetulan terdampar di lingkungan mba-mba aja, jadi.. yaa gini deh :p). Dengan segala kemudahan informasi yang dapat mereka temui, segala fasilitas yang mereka dapatkan dari orang tua atau sekitar (sarana umum), dan minimnya masukan pemikiran positif yang mereka dapatkan (bukan karena kurang media, tapi bisa jadi media yang tersedia kurang menarik untuk mereka. Hehehe tantangan buat aktifis media :D ) menjadikan usia remaja menjadi rentan dengan kondisi yang bisa membentuk mereka dengan "cetakan" yang salah.
Jangan salah, remaja sekarang bukannya manusia lugu yang selalu manut akan setiap intruksi yang diberikan seperti generasi dekade sebelumnya. Mereka adalah manusia pemikir yang kritis, para pencari pemuas keingin tahuan, dan tidak di pungkiri juga korban kecepatan informasi. Jadi tidak tepat pula jika kita yang sudah terbilang dewasa mengeluhkan ketidak taatan mereka, sedangkan kita masih menggunakan pola lama yang mengedepankan otoritas tanpa melakukan pendekatan yang sesuai dengan mereka.
Belum lama ini saya menyaksikan langsung ke"otoriteran" manusia dewasa kepada para remaja tersebut dalam pembentukan lingkungan. Saya tau betul tujuan orang dewasa itu baik dengan menginginkan remaja yang menjadi "tanggung jawabnya" berada dalam seluruh pantauannya sehingga lebih mudah di arahkan saat melenceng dan lebih mudah di tegur saat melantur. Tapi mungkin beliau lupa bahwa pola pengekangan itu mulai tidak efektif saat para remaja yang sedang mencari dunia yang cocok dengan keinginannya itu bertemu dengan benturan-benturan pengekang.
Marilah mulai berpikiran terbuka. Saya masih ingat sebuah kalimat saat masih bekerja di perusahaan (hehe isi K3 kayaknya)"bersikaplah seperti konsumen dalam menghasilkan produk". Tidak tepat jika menganalogikan mereka sebagai produk. Tapi ada kemiripan penanganan yang bisa kita lakukan. Saat kita ingin membuat sesuatu, coba bayangkan kita adalah pemakai produk tersebut. Dengan begitu kita akan membuat produk yang terbaik. Dan untuk menghasilkan produk yang baik, kita harus menjaga setiap bagiannya sebelum menjadi produk utuh dan siap digunakan.
Begitu pula dengan menangani mereka kan? kita harus menjaga lingkungannya, kesenangannya, dan perasaannya. Seberapapun jaman terus berubah, remaja tetap saja remaja yang pengalamannya sedikit dibandingkan dengan para orang dewasa. Orang dewasa yang sudah pernah melewati masa remaja, harusnya lebih tau apa yang di butuhkan dan diinginkan saat seusia mereka.
Berdasarkan pengalaman selama berinteraksi dengan para remaja, ternyata mereka hanya perlu di dengar dan sedikit lebih di perhatikan. Kita sering meminta mereka seperti ini itu agar menjadi ini itu, tapi jarang sekali mendengar mereka mau nya seperti apa. Tidak melulu kemauan mereka itu melenceng dari ketentuan, karena pada fitrahnya manusia menyukai kebaikan cuma karena minimnya pengalaman hidup mereka dibanding kita wajar jika ada yang tidak sejalan dan disanalah peran kita untuk meluruskan, mengingatkan, dan memberi gambaran bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan apa yang dituju.
Begitupun perhatian. Bentuk pengekangan yang dilakukan kita, orang dewasa, kita definisikan itu sebagai perhatian. Padahal bukan perhatian macam itu yang mereka inginkan. Memberi kebebasan mereka untuk memilih adalah perhatian yang mereka harapkan. Bahkan seringnya kita lupa mengutarakan hal-hal kecil seperti sapaan ringan atau menanyakan seputar perasaannya hari ini. Kita menganggapnya itu hal yang sudah tidak di perlukan, mereka sudah terlalu besar untuk mendapat pertanyaan sepele itu. Psttt, padahal jika kita memberikan perhatian-perhatian kecil tersebut, dijamin itu lebih ampuh mendapatkan"hati" mereka dibanding segala bentuk pelarangan..
Kita memang mengharapkan dapat mencetak generasi unggul, tapi biarkan generasi unggul itu terbentuk dengan pendekatan yang mendekatkan, bukan pendekatkan yang memuakkan, karena mereka punya bentuk masing-masing. Bukankah generasi unggul itu yang bisa bertahan dalam segala kondisi, dan bagaimana bisa bertahan di segala kondisi jika di cetak dengan pola yang semua "harus" sama, sedangkan seperti halnya kita, setiap mereka punya kondisi yang berbeda...
Saturday, April 22, 2017
Refleksi 1 ねんくらい は 日本語 の クラス を べんきょうしました
Adakah yang ingat tanggal 5 Juni itu ada apa? わすれましたか?? Sama, saya pun sebenarnya tidak melihat ada hal yang khusus pada tanggal tersebut (teruusss ngapain nanyaaa…. ) sampai akhirnya bersih-bersih pesan masuk dan menemukan pemberitahuan “…kepada peserta bahasa Jepang untuk hadir pada ahad 5 Juni 2016 untuk registrasi ulang dan pertemuan perdana…”. Begitulah awalnya.
Karena kita berkumpul dari berbagai latar belakang (ada yang latar belakangnya luas, sempit, bahkan dempet dengan latar milik tetangga sebelah… *opo iki), motivasi, kebutuhan dan ketertarikan akan bahasa jepang yang juga berbeda-beda, menyebabkan keterkotak-kotakkan didalam kelas (apa itu artinya keterkotak-kotakan?? Mmm maafkan penulis yang sering berkunjung ke planet Namek jadi sering kecampur bahasa aliennya :P. okeh, maksudnya terpisah, tidak menyatu antar anggotanya, hanya ngobrol dengan teman sebelah yang orangnya itu-itu saja, bahkan ada yang selama dikelas tidak pernah mengobrol, bukan karena serius sekali dengan pelajaran tapi karena tidak punya teman “sekotak”). Belum lagi dengan keluar masuknya peserta, menjadikan kita membutuhkan waktu yang terbilang lama dalam adaptasi untuk bisa tegur sapa dengan nyaman saat bertemu di ruang depan ketika menanti ruangan kosong, ngobrol santai, dan melempar candaan layaknya teman.
はい, memang kadang menembus penyekat kotak-kotak itu perlu usaha lebih, harus ada yang memulai, dan yang terpenting ada rasa yang sama untuk mau berbaur menciptakan suasana yang nyaman untuk kita berada didalamnya. Alhamdulillah itu sudah terlewati (yesss… pencapaian kecil berikutnya yang bermakna besar).
Selain keberadaan kami sebagai peserta, kelas 日本語 ini pastinya masih ada karena semangat luar biasa dari para sensei yang tidak bosan menyemangati kami yang kadang sedang bosan (maafkaaann). Dengan segala kesibukannya yang masyaa Allah, tapi masih berusaha memfasilitasi proses belajar kami. Seperti saat kita harus belajar di halaman samping karena tidak kebagian ruangan, mencarikan sensei pengganti saat sensei yang biasanya berhalangan hadir (thx 4 mba Ocha yang sudah mau mengajari kita walau yang datang saat itu cuma 2 orang), sampai mengusulkan acara gathering untuk meningkatkan semangat kebersamaan. Cerita-cerita pengalaman para sensei saat menjalani kehidupan di Jepang juga menjadi hal yang menyenangkan untuk didengarkan.
Kalian luar biaasaaa… どうも ありがとう ございました。
はい, usulan acara tersebut disampaikan senseinya di bulan-bulan musim ujian sekolah. Itu artinya susah mendapatkan waktu yang pas. Hiksu. Berhubung sebagian peserta berstatus pelajar dan musim ujian adalah pesta belajar (yang semoga menggembirakan) untuk mereka ditengah ujian yang distandarisasi. Dengan menghitung kemungkinan keikutsertaan dan keluangan waktu sensei & peserta yang lain, maka disepakatilah 16 April 2017 sebagai waktu yang pas untuk merealisasikan ide tersebut (setelah mengganti beberapa kali waktu yang akan di sepakati, meskipun akhirnya ada saja yang harus terpaksa tidak ikut.. ごめなさい ..). Dengan tujuan curug Ciherang, Jonggol, kami melakukan perjalanan bersama pertama.
Beliau berpesan untuk belajar dengan baik, karena memanfaatkan kesempatan juga merupakan bentuk rasa sukur kita terhadap karunia Allah. Dan tidak ada yang sia-sia dari proses belajar yang kita lakukan dengan serius, karena esok lusa itu bisa menjadi modal kita untuk lebih mengembangkan diri. Dengan tekad menghasilkan output yang baik, diharapkan rumah cerdas DPD PKS kab.Bogor ini bisa menjadi model untuk DPD lain yang memiliki program yang sama.
Keluar Dari Tempurung
Lalu sisi lain dari keberadaan tempurung itu adalah menjadikan saya seorang yang merasa superior. Dengan menjaga keseimbangan sekitar, dengan kondisi yang saat itu bisa sedikit banyak memfasilitasi agar keseimbangan didalamnya terjaga, itulah dunia yang saya ciptakan. Setelah semua berlalu, mereka bilang, "sepertinya cuma kamu saja yang tidak 'terbaca' ". Ya memang seperti itukan tempurung yang saya ciptakan. Tempurung tersebut adalah salah satu tempat saya menyimpan"beberapa butir telur", dan butiran telur saya simpan ditempat yang lain. Seperti telur yang berisi tangisan, ooh itu adalah benda berharga yang tidak bisa banyak orang melihat, dan seperti dibilang diawal, sosok superior itu jauh dari sisi melankolis kan :)
Sampai akhirnya saya mulai mencoba uji kenyataan. Hehe tenang, ini bukan tulisan serius. Maksud uji kenyatan di sini adalah saat saya mencoba melepas sedikit keseimbangan yang selama ini di jaga. Sebelumnya saat kita sedang baik-baik saja, kita bisa memperbincangkan keseimbangan itu sebagai obrolan ringan yang menarik. Kita bisa mengambil banyak langkah sejauh yang kita perkirakan. Satu yang terlupa saat didalam obrolan ringan itu adalah, kita tidak memasukan sisi kedalaman hati yang terlibat. Dan seperti yang sudah di prediksi (sesuai dengan perkiraan dari obrolan yang pernah kita lakukan), tempurung itu hancur menjadi kepingan. Terkejut? harusnya tidak, karena itu sudah pernah masuk dalam pembicaraan kita, namun tetap saja ada rasa kehilangan. Tempurung yang sudah tercipta dari sekian waktu lamanya itu sudah pernah memberi tempat yang nyaman, dan hal yang paling mengkhawatirkan diri adalah saat harus keluar dari zona nyaman tersebut kan?
Jujur hal tersebut sempat menjadi goncangan. karena waktu yang tercurah didalam sana sudah terlalu lama, lalu apa yang harus saya lakukan sekarang? membangun kepingan tempurung itu kembali? sepertinya tidak, karena seperti yang kita tau sesuatu yang pernah pecah, tidak akan bisa tersambung kembali seperti semula. Sepertinya juga ada hal-hal yang membatasi saat dengan komposisi sebelumnya dan saat tempurung itu pecah, bukan saja saya yang menghirup udara segar di luar tempurung tapi mereka pun bisa melakukan yang tidak pernah kita lakukan :)
Harusnya itu menjadi point yang bagus ya. Saat akhirnya saya bisa lebih memutuskan untuk keluar dari zona nyaman itu walau dengan tertatih dan usaha yang lebih pula (haha karena tidak banyak tempat yang bisa menerima keunikan, jadi orang-orang unik itulah yang harus banyak beradaptasi. Tidak buruk, selama tidak merubah diri menjadi orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan juga merupakan kemampuan yang harus diasah). Sekarang saya hinggap dimana-mana, melakukan kegiatan dangan orang-orang yang berbeda, dan yang terpenting ternyata saya bisa menikmati itu semua.
Akhirnya tempurung itu tidak pernah kita coba untuk susun kembali. Mungkin di lain kesempatan kita membuat perahu saja, yang bisa membawa ke tempat yang memang ingin kita kunjungi bersama, setelahnya kita tetap bisa melanjutkan perjalanan masing-masing. Biar saja perahu itu kita tambatkan di sudut hati. Kita bisa mengendarai bersama lagi saat memang kita menginginkannya.
Monday, January 9, 2017
Jiwa Psikopat
Jiwa psikopat mulai bermunculan.
Terbius kesuksesan seseorang dan terpicu luapan perasaan yang dipendam.
"Ini hanya tulisan," katamu memberi alasan.
Dalam diam aku pun tau dirimu bukanlah manusia pemegang pisau handal.
Jiwa psikopat kian banyak bermunculan.
Walau hanya sebatas rangkaian kata tentang darah, mayat, ataupun kekejian lainnya.
"Bukannya bagus bisa menuliskan apa yang tidak kita lakukan?" Katamu pelan.
"Ya, imajinasi adalah milik semua orang," kataku dalam hati.
Jiwa psikopat makin menjalar.
Merasa kebaikan sudah bukan tema yang menyegarkan untuk dituangkan.
"Sudah banyak yang menuliskan, aku mau berbeda," sedikit lirih kamu berujar.
Era apa ini yang bosan akan kebaikan, dan memilih kegelapan sebagai tantangan.
Jiwa psikopat pun menang.
Pikiran yang terkekang mendapat jalan menyusun ide.
Hati yang ternoda bebas berekspresi.
Jari yang tertawan pasrah bergerak menggenggam meliuk pena.
Dan mata yang melihat, bersiap mengirim sinyal ke otak, "tidak apa-apa. Itu hal yang wajar. Hanya sekedar tulisan," kataku sambil menulis cerita-cerita keji.
Tuesday, January 3, 2017
Perlu piknik? Ke Perpustakaan Taman Tegar Beriman aja
jadwal buka: Senin - Jum'at 09.00 WIB - 15.00 WIB.
Lokasi: Jl. Tegar Beriman Komplek Pemda Kabupaten Bogor