Ini lebaran pertama yang saya jalani dengan posisi jadi pengangguran (pengangguran kerja yang menghasilkan uang, bukan nganggur aktifitas. Karena kegiatan masih aja bejibun). Hiks.. :'( kebayang kan melewati ramadan dengan jajan tambahan untuk berbuka dan lebaran dengan segala kelengkapan seperti pada umumnya. Tidak sebatas itu, setelah lebaran juga pasti diiringi dengan hari libur masal, dan disanalah puncak kegundahan muncul.
Bulan ramadan bisa dilewati dengan baik, karena pada dasarnya bulan suci tersebut memang sarana melatih menahan hawa nafsu. Nafsu belanja bukaan (makanan untuk berbuka) termasuk didalamnya. Dengan berbekal stok sayur buah dan kondisi tubuh yang pada sebenarnya cukup dengan berbuka dengan kurma & air putih atau minuman hangat. Semua aman terkendali.
Lebaran tanpa baju baru, seperti lebaran tanpa ketupat. Afdol tapi hampa (iissshhh lebai). Dari sini mulai merubah paradigma (huu dah setua ini baru mulai berubah) bahwa lebaran tanpa baju baru sama cihui nya seperti lebaran dengan masak lontong, bukan ketupat. Sambil mengamati isi lemari, berapa banyak baju didalamnya dan nyatanya hanya itu-itu saja yang sering digunakan. Bahkan baju lebaran tahun lalu masih bisa dihitung dengan jari satu tangan berapa kali dipakainya. Sembari membedah isi lemari, membenahi posisi tumpukan baju, dan munculah satu...dua...tiga baju yang masih dalam plastik beningnya. Owalaa, sebelum berhenti kerja saya sudah beli baju baru dan belum dipakai pula. Alhamdulillah, jadi sensasi memakai baju baru masih dirasakan walau status pengangguran. Perubahan paradigma yang di bentuk harus menunggu uji suksesnya tahun depan.. :D
Tantangan terakhir dari rangkaian lebaran ini adalah libur masal. Kapan lagi ada libur panjang bersama selain momen lebaran. Dari keluarga yang jarang bertemu karena kesibukan kerja, tempat wisata yang ingin dikunjungi, antusiasnya menjadi memuncak saat libur lebaran. Keluar rumah = keluar ongkos = biaya.. Rumusan ini yang membuat gundah. Kapan lagi kumpul dengan keluarga besar dirumah saudara yang dituakan selain saat libur lebaran. Susah sangat juga mengatur waktu liburan dengan teman-teman selain di rangkaian libur panjang lebaran. Begitulah, liburan ini yang belum mendapat solusi dari rangkaian siasat yang diatur sedemikian rupa. Dan disanalah Allah menunjukan Kuasa-Nya.
Dengan sisa tabungan yang semakin menipis, dengan list rumah saudara yang harus dikunjungi, dan rangkaian impian tempat wisata yang mau dikunjungi. Semua itu terealisasi atas ijin-Nya. Keliling rumah saudara mendapat tebengan dan traktiran ongkos dari saudara yang lain. Tidak cuma itu, pengalaman pertama kembali setelah sekian tahun merasakan mendapat "angpau" lagi. Hehehe malu-malu seneng menerimanya juga.
Rumah saudara beres, tapi impian jalan-jalan masih melekat. Disanalah kekuatan do'a nampak. Mintalah, karena Allah Maha Pemberi. Dan benarlah nyatanya.
Pertama diajak saudara mengunjungi temannya yang sedang dinas jaga lembaga penelitian. Yang selama ini saya cuma lewat depan gerbangnya, hari itu bisa masuk kedalamnya.
Berikutnya saudara menawarkan kursi kosong yang sebelumnya dibilang penuh. Free ongkos, cuma menganggarkan satu lembar uang berwarna biru, saat pulang masih ada sisa.
Lanjut ketempat wisata kisaran Puncak bersama teman. Dengan paket minimalis, bawa makan dari rumah, tanpa jajan, jadilah terlaksana.
Sudah sampai sana? Belum saudara-saudara. Teman yang lain masih mengajak kumpul bersama. Woow, hari libur sudah mau habis, dompet makin kering, tapi godaan jalan masih memanggil. Akhirnya dengan berbekal niat silaturohim, berbekan makanan dari dapur masing-masing, dan berbekal taman sebagai sarana umum yang bisa dikunjungi secara gratis, jadilah kami kumpul makan bersama di taman wilayah Depok yang baru pertama kali saya kunjungi, dengan lahan luas dan tampilan menarik. Jadi keinginan jajan-jalan itu sebenarnya bisa terpuaskan dengan mengunjungi tempat baru sekalipun itu dekat dari tempat tinggal.
Pertama diajak saudara mengunjungi temannya yang sedang dinas jaga lembaga penelitian. Yang selama ini saya cuma lewat depan gerbangnya, hari itu bisa masuk kedalamnya.
Berikutnya saudara menawarkan kursi kosong yang sebelumnya dibilang penuh. Free ongkos, cuma menganggarkan satu lembar uang berwarna biru, saat pulang masih ada sisa.
Lanjut ketempat wisata kisaran Puncak bersama teman. Dengan paket minimalis, bawa makan dari rumah, tanpa jajan, jadilah terlaksana.
Sudah sampai sana? Belum saudara-saudara. Teman yang lain masih mengajak kumpul bersama. Woow, hari libur sudah mau habis, dompet makin kering, tapi godaan jalan masih memanggil. Akhirnya dengan berbekal niat silaturohim, berbekan makanan dari dapur masing-masing, dan berbekal taman sebagai sarana umum yang bisa dikunjungi secara gratis, jadilah kami kumpul makan bersama di taman wilayah Depok yang baru pertama kali saya kunjungi, dengan lahan luas dan tampilan menarik. Jadi keinginan jajan-jalan itu sebenarnya bisa terpuaskan dengan mengunjungi tempat baru sekalipun itu dekat dari tempat tinggal.
Mintalah, karena Allah Maha Pemberi. Dalam banyak kesempatan berdo'a, kita selalu menyelipkan meminta rejeki. Allah dengan Kuasa-Nya menjawab do'a kita. Adalah pemikiran sempit saat menganggap rejeki itu hanya sebatas tumpukan harta. Sesungguhnya kesempatan kita untuk bertaubat dalam jiwa yang masih bersatu dengan raga adalah rejeki. Diberikan teman yang bersamanya kita bisa saling berbagi, menasehati adalah rejeki. Segala kemudahan yang menuntun kita pada keinginan yang tercapai adalah rejeki. Bahkan ketidakmampuan kita mewujudkan harapan, dan setelah berselang waktu mensyukuri karena dulu harapan itu tidak terkabul karena berakhir mudhorot juga merupakan rejeki.
Maka mintalah pada-Nya, karena Allah Maha Pemberi.