sebagai wadah untuk menulis dan sesekali jualan.. ;) ambil yang baik, buang yang buruk. semoga bermanfaat. welcome.. ^___^
Saturday, March 26, 2016
Murbei, sihitam yang suka bergerombol
Memiliki daun yang bergerigi pada bagian tepinya. Buahnya bergerombol dalam sebuah batang kecil sepanjang 3-5 cm. Buah muda berwarna merah muda, saat semakin matang akan berubah warna menjadi ungu tua. Memiliki rasa asam manis menyegarkan. Di daerah lain dinamakan juga buah besaran.
Daun murbei juga biasa digunakan sebagai makan ulat sutra.
Wednesday, March 23, 2016
Angin
Angin berlalu bersama sunyi
Pucuk daun saling mengejar menggapai
Awan pun berkhianat dengan menggantung ponggah dihadapan bulan
Hewan liar ikut enggan berdendang
Aku berjalan bersama sepi
Bisingnya siang hari telah mengusik lelap tentramku
Sengatan matahari telah menggosongkan wadah sabarku
Hiruk pikuk manusia lain semakin membuatku tak tentu arah
Namun saat matahari menggelincir, yang tersisa hanyalah sepi
Masih adakah manusia yang terpuaskan inginnya
Di saat semua berkelebat begitu cepat
Masih adakah orang yang merasa sendiri
Di saat jutaan manusia berlalulalang disekitarnya
Butir pasir waktu berjatuhan bersama sepi
Menuntun manusia terlelap kedalam mimpi
Biarlah bulan mengintip malu dari balik awan
Biarlah dendangan hewan liar tergantikan detikan jam
Aku berjalan bersama sepi
Namun sepi menuntun mimpi
Segenggam mimpi mengantar lelapku
Memupuk energi menyambut esok hari yang baru
Tuesday, March 22, 2016
Kisah Penghuni Sarang Memperjuangkan Cinta
"Udah untung dateng, masih aja marah-marah. Eh, Ryu, Okawa dan Rei mana? Kenapa ekornya belum pada kelihatan?" Kataku santai,
"Belum datang. Katanya sih lagi nunggu pangeran kegelapan."
"Oh, tapi datang kan?"
"Pasti!"
" eh sorry ya, gua mesti buru-buru, mau pergi sama Okawa. Sorry yah!"
Rei jawab "ga bisa gitu dong. Elo kan janji duluan sama kita, kok jadi pergi sama mahluk gelap itu. Ga seru nih."
"Habis mau gimana lagi, habis Okawa memang lebih penting dibanding kalian," jawab Ryu sekenanya sambil menyambar tasnya yang tergeletak di sofa.
"Ya udah klo gitu pergi aja dan gak usah ketemu lagi sama kita klo menurut lo kita ga penting," balas Rei emosi.
"Ya udah tadi dah diusir jadi gua pergi nih"
"Sana, merusak pemandangan aja!"
"Hallo, siapa nih?"
"Ini Nami ya?"
"Iya dengan saya sendiri. Ini siapa?"
"Kenalan boleh gak?"
"Kan sudahh tau namaku, kok pake kenalan segala. Harusnya aku yang nanya kamu siapa? Gimana sih?"
"Kok jadi emosi... tenang... tenang... namaku Imura, salam kenal ya"
"Oke Imura, jadi kamu siapa? Kok tau nomer hape ku?"
"Aku penggemar rahasiamu."
"Hallo Manami, ini aku Chika,"
" iyaaa, tanpa dikasih tau pun aku sudah hafal suaramu yang seperti kuda kehausan itu. Siapa lagi yang punya selain dirimu."
"Enak aja suaraku disamakan dengan suara kuda."
"Baru sadar ya," kataku sambil terbahak.
"Hai Manami,"
Seorang pria tampan mendatangiku. Wajahnya mirip Mamoru, pacar pertamaku yang aku putusin karena aku dijadikan pacar ke7. Bagaimana gak kesel. Tapi Imura lebih manis. Singkat cerita, setelah pertemuan itu aku jadian dengan Imura, nenek sihir Reina naksir teman Imura yang seperti playboy kampungan kelas teri. Chika sih cukup dengan si mata empat Rin dan hantu jelek Ryu tetap dengan iblis kampungan Okawa. Jadilah empat sekawan melepas jomblo.
"Kita kok jadi kesepian gini ya."
"Iya nih. Ini sih gak adil buat kita,"
"Eh Chi, gimana kabarnya Rin?"
"Di belum kasih kabar lagi sejak berangkat. Jadi aku gak tau gimana kabarnya," kata Chi dengan tampang seperti anak kucing yang kehujanan. "Kalau kamu Nami?"
"Imura masih marah sama aku."
"Klo Okawa sih gak akan aku maafin. Habisnya memang dia yang salah. Eh Rei, acara besok kau pergi ama siapa? Aoyama atau akira?" Kata Ryu
"Kayaknya sih gak sama keduanya" kata Reina galau.
"Kenapa?" ujar kami barengan,
"Habisnya Aoyama playboy, sedangkan Akira ternyata sudah punya pacar yang menyebalkannya lebih cantik dariku. Pasti Akira lebih pilih bersama pacarnya."
Di era digital, tiba-tiba ada pak pos mengantarkan surat yang isinya: "hai Chi, sorry aku gak bisa pulang liburan ini. Maaf sepertinya kita tidak bisa merayakan hari jadi sarang kalian. Kamu pergi saja dengan teman-temanmu. Sekali lagi maaf ya.. Beaurin
Ada telepon masuk "maaf ya Ryu, buat pesta besok kita tidak bisa merayakannya bersama."
"Kenapa?"
"Aku harus pergi dengan ortu."
"Mm. Oke"
Ada tamu. "Rei, kamu pergi kepesta dengan temanmu yang lain saja ya."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Adikku dirawat. Ini aku akan segera ke RS sekarang"
"Hati-hati ya"
Pagi ini aku terbangun karena panggilan ibu dari dapur. Setelah cuci muka, aku kedapur.
"Narai kecil,"
"Apa sih ibu. Kok manggilnya seperti nenek saja."
"Iya, kamu tidak ingat kalau besok kita akan ke rumah nenek di Hokkaido. Karena semalam paman Shin telepon mengabarkan nenek sakit, makanya kita semua akan kesana menjenguk nenek"
"Looh. Bukannya rencana kita masih dua minggu lagi kita mudiknya. Kenapa jadi besok?" Protesku sembari membayangkan hancurnya rencana pesta bersama penghuni sarang.
"Ayah dapat cutinya mulai besok selama 5hari, kakak juga libur kan selama seminggu ini. Jadi kita berangkatnya besok saja." Kata ibu. "Apa kamu tidak mengkhawatirkan nenek?"
"Tapi bu.."
"Sudah cepat sana berangkat sekolah, nanti telat," kata ibu tanpa mau mendengarkan alasanku.
"Nami, baju apa yang akan kamu pakai besok di pesta kita?" Tanya Rei.
"Hooii..." teriak Ryu sambil menyenggol bahuku karena tidak merespon pertanyaan Rei.
"Ada apa sih? Tumben kamu bengong gitu. Kemarin kan kamu yang paling semangat dengan acara kita besok," tanya Chi penasaran melihat gelagatku yang tidak biasa.
"Sebenarnya besok aku harus ke Hokaido. Kerumah nenekku," jelasku.
Mereka hanya bisa diam sambil menatapku.
"Nami, bukannya hari ini geng kamu mengadakan pesta ya? Apa rasanya berada disini sedangkan yang lain berkumpul sambil bersenang-senang?" Tanya kakakku yang terdengar mengejek.
"Kakak kok bicara begitu, kan Hokkaido indah, kenapa harus rusak karena aku tidak jadi pergi pesta?" Jawabku.
"Kita adakan pesta disini saja. Pasti akan seru walau tanpa anggota geng kamu yang cerewet-cerewet itu"
"Huh, biar cerewet begitu mereka temanku. Dan suasana pesta akan hambar tanpa adanya mereka." Belaku.
"Pasti tidak hambar," yakin kakakku.
Fuh, aku tidak mengerti cara berpikir kakak. Setelah merasakan udara semakin dingin, aku beranjak dari teras samping menuju dapur. Secangkir coklat panas mungkin bisa membantu menghangatkan tubuh dan menenangkan pikiran, batinku.
"Loohhh, kenapa kalian ada disini? Sedang apa kailan?"
"Bilang saja kamu senang kami ada disini. Kami memutuskan pesta dipindah tempatkan menjadi di rumah nenekmu ini. Sekalian kami menjenguk beliau. Sepertinya nenek sehat-sehat saja," kata Ryu sambil tersenyum kepada neneknya Nami.
"Kami diundang oleh orangtuamu, jadi kami menyusul untuk memberikan kejutan. Anggap saja ini hadiah pesta kita untukmu. Oiya, ada salam dari Imura, dia tidak bisa datang karena sakit typus."
"Baiklah, tanpa satu orang itu, jangan membuat pesta kita berantakan. Aku sudah senang karena ada kalian semua," ujarku seraya menyembunyikan sedikit rasa kecewa karena ketidakhadiran Imura.
"Manami,"
Aku menoleh kesumber suara, "Imura, kenapa ada disini? Bukannya kamu sedang sakit?" Kataku terkejut sekaligus senang.
"Iya. Sebenarnya aku sedang sakit. Tapi apapun akan aku lakukan untuk bisa datang kesini. Karena aku rindu padamu Nami. Maafkan semua salahku ya.."
"Tidak, yang salah kan aku.."
"Kalau aku bukan pacarmu, aku pasti marah. Tapi karena melihat rasa cemburu kamu itu, aku yakin jika kamu sangat menyayangiku. Betulkan?"
"Iya" jawabku singkat sambil tersipu malu.
Ternyata Beaurin memutuskan untuk kembali ke Jepang. Ya, belajar di sini tidak kalah bagus dengan di Prancis. Sebenarnya aku tau maksudnya, dia kembali karena tidak sanggup berpisah dengan Chika.
Okawa sudah minta maaf secara mati-matian ke Ryu. Ryu yang punya sifat pendendam itu ternyata kalau sudah dirayu perasaannya bisa lunak. Apalagi jika mendapat gombalan maut ala Okawa.
Sedangkan Reina memilih menghabiskan waktu so Hokkaido bersama Toshi. Siapa Toshi? Hehehe dia adalah tetangga Nami di Hokkaido yang kebetulan bertemu saat pertama datang mencari alamat rumah neneknya Nami. "Daripada mikirin orang yang tidak jelas," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.