Monday, December 28, 2015

Ingat-Ingat Pesan Nenek

Klo tidak salah ingat, jaman saya kecil ada lagu anak yang salah satu liriknya "ingat-ingat pesan mama..", eh setelah saya coba tulis ternyata pesan mama yaa, bukan pesan nenek (tidak apa-apalah, biar judulnya tidak melanggar hak cipta :D)

Perjalanan liburan kemarin tertuju kerumah saudara untuk silaturohim, maka jadilah banyak bertemu saudara-saudara beberapa generasi baik atas maupun bawah. Dari keluarga kakek(generasi 1) yang memiliki tujuh orang anak (generasi 2) yang sudah beranak (generasi 3) pinak (generasi 4), banyak obrolan yang tertuang didalam silaturohim tersebut. Karena jarang bertemu, akhirnya tema masalalu menjadi efektif sebagai bahan pembuka perbincangan.

Saya sebagai generasi 3 sebagai cucu, masih merasakan banyak pelajaran yang didapat dari generasi atas. Begitu pula para sepupu (satu generasi dengan saya berarti) sabagai tuan rumah yang dikunjungi pada kesempatan ini merasakan hal yang sama dengan saya.

Nenek kami meninggal tahun 2008. Ditahun itu, usia kami sudah cukup remaja hingga bisa menyerap informasi dari sekitar. Di usia senjanya, dalam banyak kesempatan  nenek menasehati kami para cucu untuk menjada silaturohim. Seperti yang beliau sampaikan kepada saya, untuk selalu berkunjung kerumahnya dan saudara lain. Ternyata tidak kepada saya saja pesan senada di sampaikan. Kepada sepupu, beliau berpesan jangan hanya berkunjung kerumah nenek tapi juga kunjungi rumah uwa(kakak dari orang tua) dan bibi (adik dari orang tua).

Saat itu kami hanya iya-iya saja karena belum terlalu faham, jika berlibur ya sama dengan kerumah nenek. Tanpa kami ngider, saudara lain akan langsung datang jika tau kami datang. Dan ternyata pesan tersebut baru terasa maknanya saat ini. Saat beliau sudah tidak ada. Kebiasaan keluarga besar dulu mulai luntur. Rumah utama yang dulu sebagai rumah penampung anak-cucu dari nenek sudah sunyi.

Ingat-ingat pesan nenek.
Untuk selalu silaturohim, menjaga hubungan dengan saudara, berkunjung kerumah mereka. Hal tersebut mulai terasa dibutuhkan saat sekarang ini. Disaat generasi penghubung itu satu demi satu mulai pergi.

Monday, December 21, 2015

Saat "copas dari grup sebelah" Menjadi Pernyataan Sudah Memberikan Sumber

Di jaman digital ini, akan mudahnya kita mengakses informasi yang diinginkan dengan kecepatan super. Ketik kata kunci yang dicari, enter, dan dalam seperkian detik akan muncul ulasannya dari berbagai sumber. Walau tanpa hal yang sedikit merepotkan tersebut, berita-berita berseliweran di timeline jejaring sosial dan dengan sedikit hentakan jempol pada layar maupun tuts, informasi akan keluar.

Pada dasarnya semua informasi adalah baik selama penerimanya bisa mencerna informasi yang didapat tersebut. Yang menjadi masalah beberapa waktu kebelakang ini banyak orang yang setelah mendapatkan informasi, tanpa dicerna terlebih dahulu langsung di share (disebar) kepada yang lain. Dengan sedikit memberikan keterangan "dari grup sebelah" atau "copas", serasa sudah memberikan sumber dari mana informasi tersebut berasal. Bahkan kadang, ada juga yang share link tertentu karena judul besar yang dibuat si penulis tanpa pembaca yang menyebarkan link tersebut membaca isi tulisan secara keseluruhan.

"Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum kerena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (Qs. Alhujurot 49:6)

Pasal 19 Dekalarasi Universal HAM (Universal Declaration of Human Rights, 1948) menyatakan, "setiap orang berhak atas kebebasan beropini dan berekspresi, hak ini meliputi kebebasan untuk memiliki opini tanpa intervensi, serta untuk mencari, menerima, dan mengungkapkan informasi serta gagasan melalui media apapun dan tidak terikat pada garis berpendapat.

"Menjaga eksistensi media sebagai motor pendidik masyarakat meniscayakan ikhtiar untuk mengubah pradigma 'berita jelek adalah berita baik (bad news is good news). Semangat dasar jurnalis dalam membuat dan menyebarkan informasi adalah menyajikan sesuatu yang menjadi 'kebutuhan', bukan 'keinginan' masyarakat (what people need, not what people want)." (Republika, Kamis 16 April 2015)

Sebagai penerima berita sebelum kembali menyebarkan informasi yang sudah didapatkan, ada baiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Satu, Kroscek (tabayyun) isi dan sumber berita. Seringkali kita terfokus pada isi berita. Saat dirasa bermuatan positif, tanpa memperhatikan sumbernya darimana serta merta menyebarluaskan berita tersebut. Perlu diketahui dengan banyaknya fitnah yang membalut sebuah berita belakangan ini, informasi yang terlihat baik kadang malah bertujuan untuk menjatuhkan 'lawan'. Jadi ada baiknya saat mendapat sebuah informasi, cek kebenaran isi informasi tersebut dengan mencari beberapa sumber lain atau latar belakang informasi, dan pastikan sumber pemberi informasi tersebut bisa dipercaya.
Dua, perhatikan sisi manfaat dari informasi yang akan disebarkan. Jangan sampai tujuan baik ingin memberikan informasi tapi isi informasinya tidak ada unsur manfaat. Seperti share ghibah seputar publik figur, perdebatan tokoh politik, dan informasi lain yang banyak mudhorotnya dibanding manfaat.

Selamat mencerdaskan sekitar dengan berbagi informasi dari sumber yang terpercaya, setelah melakukan kroscek kebenarannya dan terkandung manfaat didalamnya.

Friday, December 18, 2015

Preman Maupun Santri, dan Mereka pun Beregenerasi

Remaja muda di sekitar rumah sedang banyak-banyaknya. Terhitung seimbang antara banyaknya laki-laki dan perempuan. Yang perempuan sudah mulai beger (memasuki masa haid, mulai berdandan dan suka cekikikan dengan temannya saat membicarakan anak laki-laki). Sedangkan yang laki-laki mulai belajar pakai wewangian, mengenakan pakaian serta aksesori penunjang dan omong besar tentang teman bbm nya yang sering nge-ping.

Sebatas itu, hampir semua kita mengalami fase tersebut. Walau dalam bentuk yang tampak ataupun yang diam-diam dalam balutan rasa malu. Jika semua orang mengalami hal tersebut, bukan dinilai kesalahan jika remaja sekitar rumah saya sedang mengalaminya. Secara alami pula,  nilai moral dan agama  yang mereka dapat dari orang tua dan guru mengaji akan membentengi mereka untuk tetap berada pada jalur semestinya.

Terlepas dari perubahan alami dari anak-anak ke remaja muda dalam tingkah laku, ada juga perubahan dalam pergaulan. Mereka mulai menunjukan eksistensi dengan mencari posisi yang menyenangkan untuk mereka berada didalamnya. Dan seringkali tanpa adanya arahan dan perhatian lebih dari orang dewasa, menyebabkan mereka menempati posisi yang secara sosial dan agama bisa dibilang bukan hal yang bagus. Seperti menjadi anak yang suka nongkrong di pinggiran jalan atau menjadi preman.

Hal yang cukup menarik saya cermati adalah saat duduk di teras rumah bersama adik. Adik saya itu bisa dibilang bukan anak yang "baik" saat usia sekolah. Dia hobi tauran yang pernah menyebabkannya masuk rumah sakit karena terkena tebasan samurai di pinggangnya. Hehe bukan hal yang bisa dibanggakan, namun itu menjadi pelajaran berharga untuknya dan menjadikannya pribadi yang lebih baik setelahnya.

Dia melihat remaja sekarang seperti melihat waktu dirinya seusia mereka. Dengan segala kenakalan, pembangkangan, dan cara mencari identitas diri yang unik. Seperti bergabung dengan kumpulan "preman muda" misalnya. Tanpa diminta atau disuruh, akan ada saja anak yang memilih jalan tersebut. Walau tetap ada juga anak yang lurus-lurus saja. Jadi tanpa provokasi dari manapun, akan ada orang yang memilih jalan buruk atau jalan baik.

Memang harapan kita pastinya semua yang kita temui adalah orang-orang yang berada dalam jalan baik. Tapi pada kenyataannya regenerasi itu berlansung. Tidak hanya yang baik, tapi yang buruk pun beregenerasi. Sehingga baik dan buruk akan tetap ada sampai hari akhir nanti.

Setelah menyadari hal tersebut, akhirnya mencarikan para remaja muda tersebut pilihan bahwa jalan yang baik ini juga tidak kalah seru merupakan salah satu yang bisa para dewasa lakukan. Bukan takut pencari jalan baik akan punah, karena seperti yang sudah disebutkan regenerasi itu pasti terjadi di kedua belah pihak. Tapi saat kuantitas sedikit, akan sulit menjaga keseimbangan. Dan tidak dipungkiri harapan semua bahwa jalan yang baik adalah sebaik-baiknya pilihan.

Tuesday, December 8, 2015

Pohon Apel George


Diceritakan suatu ketika saat musim apel, pohon apel di pekarangan rumah George berbuah sangat lebat. Hal itu tidaklah aneh karena ayah George memang sangat menyayangi pohon apel tersebut, sehingga dirawatnya dengan baik dan rajin diberi pupuk.

Suatu hari saat puncak panen, dengan ranumnya buah-buah apel itu bergelayut pada tangkai-tangkai pohon menggoda untuk dipetik. George merasa tertarik, dan segeralah dia mengambil tangga untuk naik ke pohon tersebut dan mengambil beberapa buah apel.

Sore hari saat sang ayah pulang dari bekerja, dia melihat ada jejak orang yang menaiki pohon apelnya. Kemudian beliau bertanya kepada George yang saat itu memang hanya ada dirinya seorang dirumah, "George,apakah kamu tahu siapa yang memanjat pohon apel itu?”
Dengan salah tingkah dan takut dimarahi, George menjawab “saya tidak tahu ayah.”
Setelah diam sejenak dan sambil menarik nafas panjang, sang ayah lalu berjalan ke arah gudang sambil berkata “hmm…baiklah..”
George merasa bingung terhadap sikap ayahnya dan mengikuti langkah ayahnya dari belakang. Dia melihat ayahnya mengambil sebuah gergaji. Dengan penasaran George bertanya “apa yang akan ayah lakukan dengan gergaji tersebut?”
“ayah akan menebang pohon apel itu,” kata ayahnya.
“bukankah ayah sangat menyayangi pohon apel itu?”
“iya, ayah memang menyayangi pohon apel itu, tetapi ayah tidak mau karena buah dari pohon itu anak ayah menjadi seorang pembohong."

Dengan raut wajah penuh penyesalan, George kecil berjalan kedalam rumah, tidak lama kemudian keluar dengan dua buah apel ditangannya. "Maafkan aku ayah, aku tadi memanjat pohon itu lalu memetik buahnya. Ini..," kata George sambil memperlihatkan buah apelnya.
Ayah yang sudah menduga hal tersebut berkata, " lain kali jangan pernah mengambil apapun yang bukan milikmu sebelum meminta ijin. Dan alangkah buruknya jika hal tersebut ditambah denga kebohongan."

*ditulis ulang dari cerita pohon apel george yg pernah didengar

Monday, December 7, 2015

Buah Gowok, sihitam bulat yang bikin melek di festival bunga dan buah nusantara IPB 2015



Di acara festival bunga dan buah nusantara yang diadakan di IPB pada tanggal 27-29 November 2015 kemarin, saya berkesempatan hadir dan mencari buah atau bunga yang sekiranya belum pernah saya temui. Seperti tema acara "fesrival bunga dan buah nusantara", saya berpikir akan banyak menemukan bunga- bunga dan buah-buah dari belahan nusantara. Wow akan sangat menarik pastinya.

Sampainya di tempat, suasana sudah ramai pengunjung yang memadati stand yang tersusun rapi. Dengan panggung besar didepan dan galeri buah disamping stand yang tertata apik. Terdapat monas (monumen nanas) juga looh.

Sambil mengitari stand-stand, mata melirik setiap koleksi yang dirasa menarik. Seperti saat pandangan tertuju pada buah yang satu itu. Buah gowok namanya. Ada juga yang menyebutnya buah kupa. Salah satu buah asli Indonesia. Berbentuk bulat dan berasa asam segar. Gowok (Syzygium polycephaulum) masih berkerabat dekat dengan jamblang (Syzygium cumini).

Pohonnya mempunyai tinggi antara 8-20 meter dengan jari-jari batang bawah mencapai 50cm. Berdaun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang daun antara 17-25cm dan lebar 6-7cm. Memiliki bunga berwarna putih. Pada daun dan kulit buah gowok mengandung saponin dan flafonoida. Sedangkan pada kulit batangnya mengandung polifenol. Dengan berbagai macam kandungan yang terdapat dari setiap bagian pohon gowok tersebut, bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk mengatasi sakit mag, kudis, gatal-gatal serta menetralkan pengaruh mabuk dari alkohol.

Friday, December 4, 2015

Dan saat merangkai cerita dari lembaran-lembaran foto

Di era digital ini, sangat lazim kita melihat serombongan anak muda memonyongkan bibir, menutup sebelah mata, memainkan jari jemarinya menjadi beraneka bentuk dan aktifitas lainnya saat sedang berpose didepan kamera. Ada lagi yang menjadikan ajang foto-foto sebagai dokumentasi perjalanan dengan menjadikan tempat-tempat yang sekiranya sebagai icon menjadi latar belakang jepretan kita. Atau ada juga yang menjadikan foto sebagai sarana ekspresi mengabadikan keindahan-keindahan alam ataupun kenangan dalam sebuah objek.

Apapun latarbelakang yang mendasarinya. Sebagian besar orang sependapat bahwa gambar di foto dapat mewakilkan cerita, entah saat moment tersebut berlangsung ataupun bercerita tentang keindahan objek yang jarang dijumpai atau tidak terpikirkan dilihat dari sebuah sudut namun menjadi gambar luar biasa saat sudah terfokus dalam sebuah lensa.

Contoh diatas merupakan contoh indah dari lembaran foto yang bercerita kepada siapa saja yang melihatnya. Memang cerita tersebut hanya tertulis di pikiran setiap orang yang melihatnya. Dan bisa jadi setiap orang punya cerita yang berbeda walaupun melihat foto yang sama.

Namun demikian, ada saat dimana selembar foto juga tidak bisa menceritakan kejadian sebenarnya dari sebuah moment yang berhasil direfleksikan dalam selembar kertas. Ada cerita yang tetap harus melalui bibir untuk mencapai kejelasan, tidak hanya melalui mata. Karena diatas segala kecanggihan teknologi, tidak bisa merangkum sebuah keadaan secara sempurna.  Apapun cerita tersebut sebenarnya bukanlah data dan fakta dari apa yang terlihat di gambar itu, melainkan rekaman masa lalu yang telah melekat di otak kita.

kroscek atau mencari kebenaran dari apa yang dilihat dan cerita yang sudah terbentuk dipikiran di sesuaikan dengan kenyataan sebenarnya dengan cara berkomunikasi langsung. Tidak sekedar dari terkaan dari rangsangan indra penglihatan terhadap sebuah gambar. Dari sanalah baru bisa kita mengambil kesimpulan dari cerita-cerita yang terlukis dalam gambar dengan penilaian yang bernilai kebenaran didalamnya.