Friday, May 17, 2019

GADMIKA 2

Hei gadmika, apa kabar? sekian waktu saya tidak berkunjung. saya hafal dengan sapaan khasnya ketika bertemu kembali. "hei, kemana saja, sombong tidak pernah main. Sudah jadi orang kaya?" dan selalu saya jawab dengan nyengiran lebar sambil menyambut uluran tangan dan menciumnya dengan takzim. Kali ini tidak ada kumpulan surat yang dia berikan. Padahal saya sedikit berharap mendapat cerita baru dalam bentuk otentik, sehingga bisa saya baca secara berulang. Namun tanpa lembaran-lembaran itu, ternyata bukan berarti tidak ada cerita yang saya dapat. Bahkan dengan lisanmu, ucapan itu mengalir lebih deras ternyata. Kami selalu tidak punya satu tema pembicaraan, karena setiap pertemuannya terisi dengan obrolan ngalor ngidul yang akan semakin melebar. Kalian mau tau apa yang kami bicarakan edisi pertemuan kali ini? Ayolah, saya sedang ingin bercerita. tolong kalian dengarkan, seperti ketika saya mendengarkan celotehannya Gadmika yang panjang itu.
Diawali dengan tema rutin yang pasti akan sampai ditelinga saya ketika melenggang masuk ke ruang tengah dengan ransel masih di pundak. "Pada sehat orang sana? makan napa, hari ini masak sayur yang tidak biasa. Lobak di tumis, semur kentang, dan goreng tahu. Klo datang kemarin mah disini lagi masak ayam dan bikin kolek. Lehernya lagi gak lempeng.." Yup, tema menu makanan hari ini dan seminggu kebelakang akan mengawali pembicaraan kami. "ngeteh dulu apa? itu enteh dan gulanya di keler. bikin aja sendiri", sambungnya. Pertanyaan yang berarti perintah itu tidak akan berhenti berulang jika salah satunya belum saya laksanakan. Dan saya yang senang dengan perintah itu biasanya akan membiarkannya terucap berulang sampai terlihat dia sudah tidak perduli lagi saya mau minum atau makan baru saya akan melangkahkan kaki ke dapur kotrak kotrek cari ini itu sampai tersaji teh panas untuk diri saya sendiri.
"gimana kabar mereka?" tanya saya. Kalian pasti tau siapa mereka. Mereka adalah anak-anak Gadmika yang sudah pernah saya ceritakan waktu itu. Setelah saya menunjukkan surat yang Gadmika buat, saya menjadi penasaran apakah ada perubahan yang terjadi. dengan raut wajah kebas, dia menjawab "sehat, jika kabar itu yang kamu maksud.""hmmm.."tidak langsung banyak berkomentar saya pun menyeruput teh cap botol seduhan sendiri yang diletakkan dimeja. 

#bersambung #fiksi mini

Gadmika

Namanya GADMIKA. Ya, dia menamai dirinya begitu. Aku tau hanya kalian berdua yang dapat mengenalinya, karena kepada kalian dia memperkenalkan diri sebagai Gadmika. Walaupun sekarang aku pun ragu, bukan hal mustahil kalian melupakan sosok itu. Bisa karena semakin banyaknya kegiatan kalian diluar, atau bisa jadi Gadmika memang tidak nyata karena hanya kepada kalian dia memperkenalkan diri dengan nama itu. Tapi aku yakin dia ada. Karena pernah suatu kali dia memperkenalkan diri dengan nama itu. Gadmika. Kalian mau tau apa yang pernah dia sampaikan? Dengan mata nanar, Gadmika menunjukan goresan penanya menuliskan tentang kalian. Aku yakin kalian tidak tau. Baiklah akan aku tunjukan kepada kalian.

"Ada amarah dalam hatiku yang membuat aku merasa tersinggung, perasaan sakit itu begitu perihnya sehingga rasa itu mati bersama perasaan kecewa. Sebagai orangtua aku sadar betul bahwa anak tak sepenuhnya harus turut kemauan orangtua. Akan tetapi anak harus selalu hormat dan patuh, itulah kewajiban anak .

kadang ku berpikir sudah betulkah caraku mendidik anak, atau aku terlalu memanjakan mereka sehingga mereka jadi anak pembangkang. Kemajuan teknologi adalah faktor utama penyebabnya, kata kata orangtua dianggap angin yang berlalu. Tanpa sadar anak mulai jadi tak disiplin.

Aku kecewa padanya dan teramat sakit dan terluka akan sikapnya yang mulai tak sopan, aku kesal bercampur marah anak yang tadinya nurut dan patuh padaku mulai tak menghargai aku sebagai ibunya. Itulah sakit hati yang kurasakan sampai sekarang, begitu sakit teramat sakit, rasanya tak ingin melihat wajahnya.

Kasih sayangku pada anakku rasanya tak ku beda-bedakan tapi mengapa mereka mengecewakan hati ku, Ya..allah kalau memang anakku jadi anak pembangkang ambillah nyawaku sehingga aku tak perlu menyaksikan keburukan anak-anak ku…amin."

Hei, jangan kalian jatuhkan kertas itu. Kenapa, apakah kalian terkejut karena aku tau isi hati Gadmika dibanding kalian. Atau kalian sebenarnya menyadari hal tersebut namun gengsi untuk mengakuinya. Sekarang apa yang akan kalian lakukan? Hehe ucapan selamat hari ibu yang kalian serukan di media sosial itu apakah sudah tersampaikan kepada yang bersangkutan? Sudah lama aku tidak jumpa dengan Gadmika, mungkin saat bertemu nanti dia dengan senyumnya akan memberikanku selembar kertas kembali. Aku harap kembali berisi tentang kalian, tapi dengan kalimat-kalimat syukur atas cara kalian memuliakannya.

*fiksi mini