Jiwa psikopat mulai bermunculan.
Terbius kesuksesan seseorang dan terpicu luapan perasaan yang dipendam.
"Ini hanya tulisan," katamu memberi alasan.
Dalam diam aku pun tau dirimu bukanlah manusia pemegang pisau handal.
Jiwa psikopat kian banyak bermunculan.
Walau hanya sebatas rangkaian kata tentang darah, mayat, ataupun kekejian lainnya.
"Bukannya bagus bisa menuliskan apa yang tidak kita lakukan?" Katamu pelan.
"Ya, imajinasi adalah milik semua orang," kataku dalam hati.
Jiwa psikopat makin menjalar.
Merasa kebaikan sudah bukan tema yang menyegarkan untuk dituangkan.
"Sudah banyak yang menuliskan, aku mau berbeda," sedikit lirih kamu berujar.
Era apa ini yang bosan akan kebaikan, dan memilih kegelapan sebagai tantangan.
Jiwa psikopat pun menang.
Pikiran yang terkekang mendapat jalan menyusun ide.
Hati yang ternoda bebas berekspresi.
Jari yang tertawan pasrah bergerak menggenggam meliuk pena.
Dan mata yang melihat, bersiap mengirim sinyal ke otak, "tidak apa-apa. Itu hal yang wajar. Hanya sekedar tulisan," kataku sambil menulis cerita-cerita keji.